Sunday, 1 October 2017

MAKALAH BUDIDAYA TANAMAN HIAS



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penulis ingin lebih jauh mendalami dan mengetahui bagaimana cara membudidayakan tanaman hias euphorbia. Euphorbia adalah merupakan salah satu famili Euphorbiaceae yang mempunyai lebih dari 2000 spesies. Famili ini tumbuh tersebar di daerah tropis, mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman yang tergolong sukulen dan menyerupai kaktus ini sangat menyukai sinar matahari, sehingga akan menampilkan bunga yang semarak apabila diletakkan di tempat yang terbuka dengan penyinaran matahari penuh.
Dalam berbudidaya tanaman hias penentuan lokasi sangat berpengaruh untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman hias yang memerlukan lokasi dingin dan lembab akan sulit dibudidayakan di daerah dataran rendah dan kering, demikian sebaliknya. Sarana dan prasarana juga dibutuhkan dalam berbudidaya untuk mendukung pertumbuhannya. Tanaman hias seperti euphorbia memerlukan lokasi tumbuh pada kisaran temperatur 4-40 celcius. Dihabitat aslinya tanaman ini tumbuh di lahan terbuka dan cukup toleran berada di lokasi ternaung.
Pertumbuhan tanaman euphorbia, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, daun, batang dan akar) serta pertumbuhan generatif (pertumbuhan bunga,buah dan biji) tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga oleh faktor iklim dan pemeliharaan. Faktor iklim meliputi suhu, cahaya dan kelembaban. Sementara faktor pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemisahan tanaman (repotting).

B.        Tujuan
a.         Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan teori dengan penerapan di dunia kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat.
b.         Untuk meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis atau industri terutama pada tanaman hias euphorbia.
c.         Memperoleh ketrampilan dan pengalaman dalam bidang pertanian khususnya pada tanaman hias euphorbia
d.         Melihat dan memahami secara langsung cara berbudidaya tanaman hias euphorbia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.        Sejarah dan Asal-usul Euphorbia Milii
Euphorbia berasal dari daerah Madagaskar dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Nama Euphorbia berasal dari nama Euphorbus, seorang dokter dari Mauritania, Afrika Utara, yang telah berjasa pada rajanya. Meskipun demikian, beberapa spesies diakui merupakan tanaman asli daerah lain. Misalnya Euphorbia characias subsp.
Wulfenii dari Portugal, Euphorbia griffithii dari Himalaya, dan Euphorbia marganita dari
amerika Utara. (Purwanto, 2006)
Euphorbus yang membawa euphorbia bersosok unik dan berbunga cantik itu menyebar ke Cina dan Thailand. Penyebaran tanaman ini tidak lepas dari jasa pedagang pada zaman kerajaan Sukhothai. Etnis Cina di Thailand meletakkan euphorbia di depan rumah untuk menghalau roh jahat. Mereka menancapkan dupa serta mengikat tali merah di bagian pot. Tanaman tersebut dipercaya membawa keberuntungan, kesuksesan dan kemakmuran. Semakin besar dan banyak bunga, semakin beruntung dan sukses pula pemiliknya. (Soedijono dan hartono, 2007)

B. Pembudidayaan
1.         Pemilihan pot tanaman
Pot merupakan wadah media tanam dan tempat tumbuhnya tanaman untuk budidaya euphorbia di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri menggunakan pot yang berbahan plastik.
 Untuk penanaman euphorbia sebaiknya dipilih pot yang berbahan plastik karena sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman ini. Pot berbahan plastik baik digunakan karena tidak lembab. Sedangkan untuk pot yang berbahan dari tanah liat mudah menyerap air sehingga lembab. Pot yang dipilih sebaiknya memiliki lubang untuk mengeluarkan air yang berlebih saat penyiraman jika tidak ada lubang pengeluaran air dapat menggenang di dalam pot.
Ukuran pot harus disesuaikan dengan sosok tanaman. Semakin besar tanaman, semakin luas pula perakarannya sehingga dibutuhkan pot yang berukuran lebih besar. Ukuran pot yang tidak sesuai menyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya. Pot yang terlalu kecil akan membuat perakaran tanaman tidak berkembang secara maksimal. Hal ini akan berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Sementara pot yang terlalu besar membuat media cenderung mengumpul di bagian pinggir karena perakaran belum menyebar. Selain tidak menarik dipandang mata, boros dalam penggunaan media.



2.         Penyiapan Bahan Tanam
Tanaman hias euphorbia dapat dibiakkan melalui pembiakan secara generatif maupun vegetatif. Pembiakan dengan cara generatif dapat dilakukan dengan menggunakan biji atau penyilangan. Sedangkan dengan cara pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara setek batang, setek anakan, penyambungan dan kultur jaringan. Di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri bahan tanam diperoleh dari hasil pembiakan yang dilakukan secara vegetatif. Pembiakan dengan cara vegetatif dilakukan dengan stek batang dan sambung.
Bahan tanam untuk setek batang diambil dari tanaman induk. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam stek batang, dipilih tanaman yang sehat dan batangnya setengah tua. Hal ini dikarenakan batang yang terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan batang yang terlalu muda mempunyai proses penguapan yang sangat cepat sehingga stek lemah dan akhirnya mati.
Sedangkan bahan tanam untuk sambung dipilih tanaman yang mempunyai daya adaptif terhadap lingkungan. Tanaman yang digunakan untuk batang atas yaitu diambil dari jenis hibrida yang mempunyai penampilan menarik. Dalam pengambilan bahan tanam sebaiknya diambil dari tanaman yang sehat dan perhatikan karakterisrik batang atas dan bawah.

3.         Penyiapan Media Tanam
Media tumbuh merupakan tempat melekatnya perakaran sehingga tanaman berdiri kokoh. Media tumbuh juga berperan untuk menyimpan air dan hara serta menjaga kondisi kelembaban. Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocoktanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Dalam budidaya tanaman hias, persiapan media tanam merupakan langkah dasar yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena setiap tanaman hias membutuhkan komposisi media yang berbeda-beda untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhannya.

Dalam memilih media tanam usahakan kering dan porous atau tidak mengikat air terlalu lama, selain itu memiliki aerasi dan drainase yang baik. Hal tersebut disebabkan karena air yang tertahan terlalu lama dapat menyebabkan busuk akar. Berbagai jenis media tumbuh yang digunakan untuk euphorbia umumnya merupakan campuran dari bahan-bahan yang porous, bahan organik, dan tanah. Euphorbia termasuk tanaman yang sukulen yang membutuhkan media kering. Oleh karena itu, diperlukan campuran media tumbuh yang dapat digunakan. Setiap nursery biasanya menggunakan formula yang berbeda-beda. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai campuran antara lain arang sekam, pasir, serbuk kelapa, pakis, pupuk kandang dan sekam biasa.

Media tanam yang digunakan dalam penanaman euphorbia adalah pasir malang, arang sekam, dan pupuk kandang masing-masing dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Ketiga media tersebut memiliki porositas yang baik karena media tersebut mengandung pasir malang dan arang sekam sehingga mudah menyerap dan meloloskan air. Pasir malang merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perakaran batang tanaman. Media ini bersifat mudah basah, tetapi juga cepat mengering kembali. Pasir tidak mengandung unsur hara sehingga fungsi utamanya adalah membuat campuran media lebih porous. Arang sekam mudah mengikat air, tidak cepat lapuk dan tidak cepat menggumpal. Media tersebut cocok untuk tanaman euphorbia karena tanaman tersebut menyukai media tanam yang tidak terlalu lembab.
Sedangkan pupuk kandang merupakan media tanam sumber unsur-unsur hara, baik hara makro maupun mikro. Pupuk kandang difungsikan sebagai penyedia unsur hara. Pupuk organik mengandung zat makanan yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan pupuk kandang adalah kematangannya. Pupuk kandang yang digunakan untuk campuran media di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri menggunakan kotoran kambing. Penggunaan pupuk kandang ini dimaksudkan untuk lebih menjaga tingkat kelembapan.

4.         Perbanyakan Tanaman
Tanaman euphorbia termasuk tanaman yang sangat mudah diperbanyak. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif yaitu dilakukan dengan penyemaian biji dan perbanyakan secara vegetatif dengan bagian tanaman itu sendiri. Perbanyakan euphorbia yang sering dilakukan di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri dengan cara vegetatif yaitu melalui stek dan sambung.
 Setek (cutting) diartikan sebagai suatu perlakuan pemisahan tanaman, seperti daun, tunas, batang, dan akar, agar bagian-bagian tersebut membentuk akar atau tanaman baru (Rukmana, 1997). Setek merupakan cara paling populer yang dipakai untuk memperbanyak euphorbia. Selain mudah dan cepat, keturunan hasil setek memiliki keunggulan yang sama dengan induknya. Batang yang akan disetek dipilih yang cukup besar, sehat dan tua. Batang yang terlalu muda proses penguapannya sangat cepat, sehingga stek menjadi lemah dan akhirnya mati. Dalam melakukan perbanyakan dengan cara setek pisau yang digunakan harus tajam dan steril agar hasil potongan tidak terinfeksi dan didapat permukaan potongan yang halus. Permukaan potongan yang kasar sulit untuk membentuk kalus, sedangkan kalus sangat berguna untuk menutupi luka. Potongan hanya dilakukan sekali dengan arah menyerong atau miring, sehingga menghasilkan potongan dengan permukaan lebih luas bila dibandingkan dengan pemotongan arah tegak lurus.

Tahapan perbanyakan dengan setek adalah sebagai berikut :
a.         Potong batang sepanjang 15 cm dari pucuk batang utama atau cabang yang mengganggu. Sisakan 3-4 lembar daun untuk mengurangi penguapan. Alat untuk memotong sebaiknya berupa pisau yang tajam dan steril agar tanaman tidak terinfeksi.
b.         Setelah dipotong, getah yang keluar dari bekas pemotongan dicuci dengan air bersih. Bekas luka dila dengan kain atau tisu agar terhindar dari serangan penyakit.
c.         Keringanginkan bahan setek di tempat teduh selama 1-2 jam agar luka bekas pemotongan menjadi kering. Bahan setek tersebut tidak boleh terkena sinar matahari dan air hujan.
d.         Pada bagian batang yang terpotong dicelupkan atau dioleskan zat perangsang akar, lalu dikeringkan selama 1-2 jam.
e.         Batang setek kemudian ditanam pada media sedalam 3-4 cm. media yang digunakan merupakan campuran arang sekam, sekam biasa dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
f.          Setelah ditanam siram dengan air secukupnya dan merata. Penyiraman jangan terlalu banyak atau sampai becek untuk menghindari munculnya cendawan atau bakteri.
g.         Kemudian letakkan pot di tempat yang teduh dengan intensitas cahaya matahari rendah, sekitar 60-70 %.
Sekitar satu minggu kemudian, akar mulai bermunculan. Tanaman yang sudah terlihat kuat dan sehat bisa dipindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari secara penuh. Keberhasilan dalam pengakaran ditentukan oleh umur tunas yang di setek. Umur tunas berkaitan dengan ketebalan jaringan kayu (xilem) dam kambium yang nantinya membentuk kalus dan akar.

Adapun tahapan perbanyakan dengan cara sambung adalah sebagai berikut :
a.         Batang bawah dipilih yang berdiameter lebih besar dibanding batang atas. Dengan menggunakan pisau tajam dan steril, buat sayatan berbentuk huruf V sedalam 2 cm pada batang bawah.
b.         Lakukan hal yang sama pada batang atas dengan bentuk V terbalik. Panjang batang atas sekitar 3-6 cm.
c.         Masukkan batang atas kecelah batang bawah. Upayakan bentuk potongan sama sehingga dapat melekat dengan erat.
d.         Setelah itu, ikat dengan selotip atau tali raffia agar tidak terkena air.

Untuk megurangi penguapan dam mempercepat munculnya tunas, sisakan 2-4 helai daun pada batang atas. Helaian daun tersebut dipotong separuhnya. Kemudian, bungkus batang atas dengan kantong plastik dan letakkan di tempat yang teduh.
Dengan cara ini tanaman dapat disambung dengan berjenis-jenis tanaman yang berbeda sehingga terlihat unik. Tanaman yang disambung tersebut ditempatkan ditempat yang teduh dan disiram setiap harinya untuk menjaga kelembapannya. Hasil akan terlihat setelah +2 minggu yang ditandai dengan munculnya tunas daun pada cabang/batang atas, hal ini dapat dikatakan penyambungan berhasil. Tetapi apabila tidak tumbuh tunas daun, cabang batang atas membusuk dan mengering, berarti penyambungan gagal. Jika hasil sambungan dipastikan berhasil maka tali pembalut dilepas.
5.         Penanaman
Dalam membudidayakan tanaman hias, terdapat banyak faktor yang mendukung keberhasilan. Selain memilih bahan tanam dan perawatan yang intensif. Hal yang perlu diperhatikan adalah tehnik penanaman bahan tanam yang harus dilakukan dengan benar agar tidak merusak tanaman atau menurunkan kualitasnya. Sebelum melakukan penanaman perlu diketahui juga adanya hama dan penyakit dalam media tanam tersebut. Media tanam sebaiknya disiapkan 1-2 hari sebelum penanaman. Media tersebut agar terhindar dari hama dan penyakit perlu disemprot dahulu dengan fungisida.
Penanaman tanaman euphorbia di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri ditanam dalam pot. Pot yang digunakan disesuaikan dengan ukuran tanaman. Penanaman dilakukan pada saat pemindahan bibit atau tanaman muda hasil perbanyakan. Langkah
 pertama dalam melakukan penanaman yaitu menyiapkan semua bahan tanam, campuran media dan pot yang akan digunakan. Kemudian memasukkan media tanam hingga setengah bagian pot. Bibit tanaman yang telah disiapkan dimasukkan tepat di tengah-tengah pot lalu menimbunnya dengan media tanam sampai mendekati mulut pot kemudian tanaman baru disiram dengan air secukupnya. Penyiraman yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit busuk akar.

6.         Pemeliharaan Tanaman a. Penyiraman
Air merupakan komponen penting untuk keberlangsungan hidup tanaman. Komponen ini berperan penting dalam fotosintesis dan metabolisme lain, juga sebagai pelarut. Air juga berperan untuk menjaga agar suhu tanaman tetap stabil dan bersifat mendinginkan bila terjadi peningkatan temperatur saat siang hari.
Kebutuhan air pada Euphorbia tergantung pada cuaca. Di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri, penyiraman dilakukan rutin 1-2 kali sehari bila cuaca panas. Sementara bila cuaca hujan, biasa dilakukan 2-3 hari sekali atau diperiksa media tanamnya, bila masih basah (lembab) tidak perlu disiram. Pemberian air secara berlebihan mengakibatkan akar tanaman membusuk. Hal ini terjadi karena media tumbuh menyimpan air dalam waktu lama sehingga menyebabkan berkembangbiaknya mikroorganisme, seperti cendawan dan bakteri. Sebaliknya, jika jumlah air telalu sedikit tanaman akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan). Keadaan ini ditandai dengan batang yang tampak megerut dan tumbuh merana.
Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00-07.00 dan sore hari sekitar pukul 16.00-17.00. Penyiraman sebaiknya tidak dilakukan pada siang hari. Hal ini dikarenakan air akan menguap sebelum diserap tanaman. Penyiraman dianggap cukup bila air sudah keluar dari lubang bawah pot. Pengguanaan gembor lebih baik karena air yang keluar lebih halus dan tidak merusak tanaman. Sebaliknya, seluruh tanaman ikut disiram agar debu atau kotoran yang menempel hilang terbawa air. Pada awal pembungaan, penyiraman cukup dilakukan ke tajuk tanaman tanpa perlu menunggu air keluar dari lubang media tanam. Hal itu disebabkan karena pada masa itu euphorbia membutuhkan lingkungan kering.
b.         Pemupukan
Pemberian pupuk harus rutin dan tepat dosisnya. Pemberian pupuk yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Sebaliknya, jika terlalu sedikit dapat berdampak pada kondisi tanaman merana bahkan mati. Selama dua minggu setelah penanaman, tanaman hanya disiram dan tidak diberi pupuk. Hal ini dikarenakan pertumbuhan akar tanaman belum normal sehingga belum bisa menyerap nutrisi dengan baik. Pupuk yang digunakan selain pupuk organik yang sudah dicampurkan pada media tanam, pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK. Pupuk NPK termasuk pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman.
Pemberian unsur N (Nitrogen) akan memacu pertumbuhan daun dan batang serta membantu terbentuknya akar, unsur P (Fosfor) merupakan unsur utama yang mendorong terbentuknya akar serta membantu pembentukan bunga dan buah, dan unsur K (Kalium) merupakan unsur utama dalam pembentukan tulang tanaman (penguat tanaman) serta membantu pembentukan bunga dan buah.
Pupuk NPK diberikan pada tanaman setelah 3 minggu penanaman. Tanaman diberi pupuk NPK yang di dalamnya mengandung unsur hara dengan perbandingan 20:20:20, artinya di dalam pupuk tersebut mengandung unsur N, P, dan K dalam jumlah yang sama. Pemupukan dengan NPK dilakukan 1 bulan sekali. Pemberian pupuk NPK dapat dilakukan dengan ditaburkan di atas media dan bisa disemprotkan. Apabila disemprotkan, maka pupuk tersenut harus dilarutkan telebih dahulu.

c. Menyiangi Gulma
Penyiangan terhadap tanaman pengganggu atau gulma dilakukan secara manual. Cara manual adalah dengan cara mencabut gulma secara langsung dengan tangan. Tujuan dari menghilangkan gulma tersebut agar tidak mengganggu tanaman yang sedang tumbuh berkembang. Penyiangan dilakukan tergantung ada tidaknya gulma yang tumbuh pada tanaman euphorbia.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian secara preventif adalah tindakan mencegah tumbuhnya hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Tindakan yang dilakukan adalah tindakan memisahkan tanaman yang sakit dari tanaman yang sehat, hal ini dimaksudkan agar tanaman yang sakit diobati sesuai dengan jenis penyakitnya. Sedangkan untuk cara kuratif yaitu mengobati tanaman yang telah terserang hama dan penyakit.
Munculnya hama dan penyakit bisa disebabkan karena kurangnya menjaga kebersihan, maka dari itu tindakan pencegahan yang paling baik adalah menjaga kebersihan di sekitar lingkungan penanaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kehadiran hama dan penyakit salah satunya, gunakan pot berlubang agar air mengalir dengan baik. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada genangan air sehingga dapat mencegah munculnya penyakit busuk akar. Kelembapan udara harus selalu dijaga, oleh karena itu pada siang hari semprotkan air dengan sprayer di sekitar tanaman.
Hama yang sering menyerang tanaman euphorbia adalah kutu putih, thrips, ulat, dan semut. Hama kutu putih umumnya menempel pada daun atau tangkai bunga, pada musim kemarau. Akibat dari serangan hama kutu putih mengakibatkan daun berkeriput. Trips adalah serangga berukuran 1-2 mm yang menempel pada daun-daun muda dan putik bunga. Serangan ini menyebabkan pertumbuhan euphorbia terhambat, daun pucuk berkeriput, tidak mau membuka dan berwarna karat. Selain itu bunga akan tumbuh tidak sempurna dan rontok.
Hama ulat menyerang semua bagian tanaman, mulai dari daun, kuncup bunga, bunga maupun tunas. Gejalanya adalah adanya bekas gigitan di bagian tepi dan terdapat kotoran. Untuk hama semut biasanya bersembunyi di pangkal batang tanaman, di dalam media tanam, atau di bawah pot. Semut menyerang dan merusak daerah perakaran dan tunas-tunas muda sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.
e. Repotting / Penggantian Pot
Euphorbia yang ditanam dalam pot dengan media tanam lama-lama akan kehabisan unsur haranya. Apabila hal ini dibiarkan, maka pertumbuhan tanaman akan terganggu. Untuk itu diperlukan adanya repotting dengan disertai pergantian atau penambahan media tanam. Jika tanaman sudah mulai besar dan tidak sesuai dengan ukuran potnya, tanaman sebaiknya dipindahkan ke pot yang lebih besar. Tujuannya agar pertumbuhan akar tidak terganggu, mendapatkan air dan zat hara lebih banyak. Pemindahan tanaman ini dikenal dengan istilah repotting.
Repotting atau penggantian pot dilakukan di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri setelah euphorbia dirasa sudah tidak sesuai lagi dengan ukuran pot. Pada repotting juga dilakukan pemupukan dengan NPK. Pemupukan ini dilakukan 3 bulan sekali, hal ini dilakukan agar tanaman tetap terjaga pertumbuhannya.
 
BAB III
PENUTUP

A.        KESIMPULAN
1.         Perbanyakan euphorbia yang umumnya dilakukan adalah perbanyakan vegetatif dengan cara stek.
2.         Dalam perbanyakan vegetatif dengan cara setek getah yang keluar dicuci dengan air bersih dan dikeringkan, hal ini bertujuan agar terhindar dari serangan penyakit.
3.         Tanaman suru baik digunakan untuk batang bawah dalam perbanyakan vegetatif dengan cara sambung.
4.         Tanaman euphorbia di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di tanam dalam pot plastik / polybag dengan media tanam campuran pasir malang, arang sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
5.         Untuk pengembangan analisis budidaya di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri dapat dikatakan layak untuk dikembangkan karena nilai R/C Rationya lebih dari 1,0. Ratio dari analisis budidaya euphorbia adalah 1,15.
6.         Dalam berbudidaya perawatan yang teratur merupakan faktor pendukung keberhasilan.
10.       Penggantian pot dilakukan jika tanaman sudah tidak sesuai dengan ukuran potnya.

B. SARAN
1.         Dalam membudidayakan tanaman euphorbia mencoba dengan menggunakan cara perbanyakan generatif dengan harapan dapat memperoleh hasil yang berbeda.
2.         Untuk lebih mengoptimalkan hasil budidaya euphorbia perlu adanya peningkatan pengawasan terhadap tanaman sehingga kualitas euphorbia tetap terjaga dengan baik.
3.         Memperluas pasar sehingga permintaan akan tanaman euphorbia dapat meningkat.








DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007a. http://www.bbpp-lembang.info/index2.php?option=com_content. Diakses pada tanggal 13 Maret 2010.
_______, 2009b. http://www.puspita-klaten.co.cc/2009/07/kegunaan-khasiat.html. Diakses pada tanggal 13 Maret 2010.
_______, 2008c. http://simplyeko.com/category/euphorbia. Diakses pada tanggal 13 Maret 2010.
_______, 2009d. http://www.jurnalmanajemenn.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2010.
Hapsari, B. dan Budiana, N.S. 2007. Euphorbia Milii. Penebar Swadaya. Jakarta. Lawrence, G. H. M. 1959. Taxonomy of Vascular Plant. New York : The Macmillan Co.
Purwanto, A. W. 2006. Euphorbia Tampil Prima dan Semarak Berbunga. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, R. 1997. Teknik Perbanyakan Tanaman Hias. Kanisius. Yogyakarta.
Stanton, WY. 2007. Pengertian Pemasaran Menurut Para Ahli. http://chinmi. wordpress.com2007/07/31/pengertian-pemasaran-menurut-para-ahli. Diakses pada tanggal 19 Maret 2010.
Soedijono, B. dan Rudi H. 2007. Agar Euphorbia Tampil Menawan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, John L. Dillon, J. Brian Hardakek dan A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press).
Soemarso, S.R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta.


No comments:

Post a Comment

NASKAH DRAMA BAHASA JAWA ANDE ANDE LUMUT

Naskah Drama Ande-Ande Lumut 1.  Tema   : Golek Garwa 2.  Cerita apa  : Ande-ande Lumut 3 .  Ceritane kaya piye   : Panji Asmar...