BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulis ingin lebih jauh mendalami dan
mengetahui bagaimana cara membudidayakan tanaman hias euphorbia. Euphorbia
adalah merupakan salah satu famili Euphorbiaceae yang mempunyai lebih dari 2000
spesies. Famili ini tumbuh tersebar di daerah tropis, mulai dataran rendah
hingga dataran tinggi. Tanaman yang tergolong sukulen dan menyerupai kaktus ini
sangat menyukai sinar matahari, sehingga akan menampilkan bunga yang semarak
apabila diletakkan di tempat yang terbuka dengan penyinaran matahari penuh.
Dalam berbudidaya tanaman hias penentuan
lokasi sangat berpengaruh untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman hias yang
memerlukan lokasi dingin dan lembab akan sulit dibudidayakan di daerah dataran
rendah dan kering, demikian sebaliknya. Sarana dan prasarana juga dibutuhkan
dalam berbudidaya untuk mendukung pertumbuhannya. Tanaman hias seperti
euphorbia memerlukan lokasi tumbuh pada kisaran temperatur 4-40 celcius.
Dihabitat aslinya tanaman ini tumbuh di lahan terbuka dan cukup toleran berada
di lokasi ternaung.
Pertumbuhan tanaman euphorbia, baik vegetatif
(pertumbuhan tunas, daun, batang dan akar) serta pertumbuhan generatif
(pertumbuhan bunga,buah dan biji) tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik,
tetapi juga oleh faktor iklim dan pemeliharaan. Faktor iklim meliputi suhu,
cahaya dan kelembaban. Sementara faktor pemeliharaan meliputi penyiraman,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemisahan tanaman (repotting).
B. Tujuan
a. Untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai hubungan teori dengan penerapan di dunia
kerja (lapangan) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat
merupakan bekal bagi mahasiswa setelah terjun di masyarakat.
b. Untuk
meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang agribisnis atau industri
terutama pada tanaman hias euphorbia.
c. Memperoleh
ketrampilan dan pengalaman dalam bidang pertanian khususnya pada tanaman hias
euphorbia
d. Melihat
dan memahami secara langsung cara berbudidaya tanaman hias euphorbia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
dan Asal-usul Euphorbia Milii
Euphorbia berasal dari daerah Madagaskar dan
kemudian menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Nama Euphorbia
berasal dari nama Euphorbus, seorang dokter dari Mauritania, Afrika Utara, yang
telah berjasa pada rajanya. Meskipun demikian, beberapa spesies diakui
merupakan tanaman asli daerah lain. Misalnya Euphorbia characias subsp.
Wulfenii dari Portugal, Euphorbia griffithii
dari Himalaya, dan Euphorbia marganita dari
amerika Utara. (Purwanto, 2006)
Euphorbus yang membawa euphorbia bersosok
unik dan berbunga cantik itu menyebar ke Cina dan Thailand. Penyebaran tanaman
ini tidak lepas dari jasa pedagang pada zaman kerajaan Sukhothai. Etnis Cina di
Thailand meletakkan euphorbia di depan rumah untuk menghalau roh jahat. Mereka
menancapkan dupa serta mengikat tali merah di bagian pot. Tanaman tersebut
dipercaya membawa keberuntungan, kesuksesan dan kemakmuran. Semakin besar dan
banyak bunga, semakin beruntung dan sukses pula pemiliknya. (Soedijono dan
hartono, 2007)
B. Pembudidayaan
1. Pemilihan
pot tanaman
Pot merupakan wadah media tanam dan tempat
tumbuhnya tanaman untuk budidaya euphorbia di Kebun Benih Hortikultura
Tejomantri menggunakan pot yang berbahan plastik.
Untuk
penanaman euphorbia sebaiknya dipilih pot yang berbahan plastik karena sangat
cocok untuk pertumbuhan tanaman ini. Pot berbahan plastik baik digunakan karena
tidak lembab. Sedangkan untuk pot yang berbahan dari tanah liat mudah menyerap
air sehingga lembab. Pot yang dipilih sebaiknya memiliki lubang untuk
mengeluarkan air yang berlebih saat penyiraman jika tidak ada lubang
pengeluaran air dapat menggenang di dalam pot.
Ukuran pot harus disesuaikan dengan sosok
tanaman. Semakin besar tanaman, semakin luas pula perakarannya sehingga
dibutuhkan pot yang berukuran lebih besar. Ukuran pot yang tidak sesuai
menyebabkan tanaman terganggu pertumbuhannya. Pot yang terlalu kecil akan
membuat perakaran tanaman tidak berkembang secara maksimal. Hal ini akan
berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Sementara pot
yang terlalu besar membuat media cenderung mengumpul di bagian pinggir karena
perakaran belum menyebar. Selain tidak menarik dipandang mata, boros dalam
penggunaan media.
2. Penyiapan
Bahan Tanam
Tanaman hias euphorbia dapat dibiakkan
melalui pembiakan secara generatif maupun vegetatif. Pembiakan dengan cara
generatif dapat dilakukan dengan menggunakan biji atau penyilangan. Sedangkan
dengan cara pembiakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara setek batang, setek
anakan, penyambungan dan kultur jaringan. Di Kebun Benih Hortikultura
Tejomantri bahan tanam diperoleh dari hasil pembiakan yang dilakukan secara
vegetatif. Pembiakan dengan cara vegetatif dilakukan dengan stek batang dan
sambung.
Bahan tanam untuk setek batang diambil dari
tanaman induk. Untuk memperoleh hasil yang baik dalam stek batang, dipilih
tanaman yang sehat dan batangnya setengah tua. Hal ini dikarenakan batang yang
terlalu tua sangat sulit untuk membentuk akar, sedangkan batang yang terlalu
muda mempunyai proses penguapan yang sangat cepat sehingga stek lemah dan
akhirnya mati.
Sedangkan bahan tanam untuk sambung dipilih
tanaman yang mempunyai daya adaptif terhadap lingkungan. Tanaman yang digunakan
untuk batang atas yaitu diambil dari jenis hibrida yang mempunyai penampilan
menarik. Dalam pengambilan bahan tanam sebaiknya diambil dari tanaman yang
sehat dan perhatikan karakterisrik batang atas dan bawah.
3. Penyiapan
Media Tanam
Media tumbuh merupakan tempat melekatnya
perakaran sehingga tanaman berdiri kokoh. Media tumbuh juga berperan untuk
menyimpan air dan hara serta menjaga kondisi kelembaban. Media tanam merupakan
komponen utama ketika akan bercocoktanam. Media tanam yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Dalam budidaya tanaman
hias, persiapan media tanam merupakan langkah dasar yang sangat penting. Hal
ini disebabkan karena setiap tanaman hias membutuhkan komposisi media yang
berbeda-beda untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhannya.
Dalam memilih media tanam usahakan kering dan
porous atau tidak mengikat air terlalu lama, selain itu memiliki aerasi dan
drainase yang baik. Hal tersebut disebabkan karena air yang tertahan terlalu
lama dapat menyebabkan busuk akar. Berbagai jenis media tumbuh yang digunakan
untuk euphorbia umumnya merupakan campuran dari bahan-bahan yang porous, bahan
organik, dan tanah. Euphorbia termasuk tanaman yang sukulen yang membutuhkan
media kering. Oleh karena itu, diperlukan campuran media tumbuh yang dapat
digunakan. Setiap nursery biasanya menggunakan formula yang berbeda-beda.
Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai campuran antara lain arang sekam,
pasir, serbuk kelapa, pakis, pupuk kandang dan sekam biasa.
Media tanam yang digunakan dalam penanaman
euphorbia adalah pasir malang, arang sekam, dan pupuk kandang masing-masing
dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Ketiga media tersebut memiliki porositas yang
baik karena media tersebut mengandung pasir malang dan arang sekam sehingga
mudah menyerap dan meloloskan air. Pasir malang merupakan media yang sangat
baik bagi pertumbuhan dan perakaran batang tanaman. Media ini bersifat mudah
basah, tetapi juga cepat mengering kembali. Pasir tidak mengandung unsur hara
sehingga fungsi utamanya adalah membuat campuran media lebih porous. Arang
sekam mudah mengikat air, tidak cepat lapuk dan tidak cepat menggumpal. Media
tersebut cocok untuk tanaman euphorbia karena tanaman tersebut menyukai media
tanam yang tidak terlalu lembab.
Sedangkan pupuk kandang merupakan media tanam
sumber unsur-unsur hara, baik hara makro maupun mikro. Pupuk kandang
difungsikan sebagai penyedia unsur hara. Pupuk organik mengandung zat makanan
yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik. Hal penting yang
harus diperhatikan dalam penggunaan pupuk kandang adalah kematangannya. Pupuk
kandang yang digunakan untuk campuran media di Kebun Benih Hortikultura
Tejomantri menggunakan kotoran kambing. Penggunaan pupuk kandang ini
dimaksudkan untuk lebih menjaga tingkat kelembapan.
4. Perbanyakan
Tanaman
Tanaman euphorbia termasuk tanaman yang
sangat mudah diperbanyak. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif
yaitu dilakukan dengan penyemaian biji dan perbanyakan secara vegetatif dengan
bagian tanaman itu sendiri. Perbanyakan euphorbia yang sering dilakukan di Kebun
Benih Hortikultura Tejomantri dengan cara vegetatif yaitu melalui stek dan
sambung.
Setek
(cutting) diartikan sebagai suatu perlakuan pemisahan tanaman, seperti daun,
tunas, batang, dan akar, agar bagian-bagian tersebut membentuk akar atau
tanaman baru (Rukmana, 1997). Setek merupakan cara paling populer yang dipakai
untuk memperbanyak euphorbia. Selain mudah dan cepat, keturunan hasil setek
memiliki keunggulan yang sama dengan induknya. Batang yang akan disetek dipilih
yang cukup besar, sehat dan tua. Batang yang terlalu muda proses penguapannya
sangat cepat, sehingga stek menjadi lemah dan akhirnya mati. Dalam melakukan
perbanyakan dengan cara setek pisau yang digunakan harus tajam dan steril agar
hasil potongan tidak terinfeksi dan didapat permukaan potongan yang halus.
Permukaan potongan yang kasar sulit untuk membentuk kalus, sedangkan kalus
sangat berguna untuk menutupi luka. Potongan hanya dilakukan sekali dengan arah
menyerong atau miring, sehingga menghasilkan potongan dengan permukaan lebih
luas bila dibandingkan dengan pemotongan arah tegak lurus.
Tahapan perbanyakan dengan setek adalah
sebagai berikut :
a. Potong
batang sepanjang 15 cm dari pucuk batang utama atau cabang yang mengganggu.
Sisakan 3-4 lembar daun untuk mengurangi penguapan. Alat untuk memotong
sebaiknya berupa pisau yang tajam dan steril agar tanaman tidak terinfeksi.
b. Setelah
dipotong, getah yang keluar dari bekas pemotongan dicuci dengan air bersih.
Bekas luka dila dengan kain atau tisu agar terhindar dari serangan penyakit.
c. Keringanginkan
bahan setek di tempat teduh selama 1-2 jam agar luka bekas pemotongan menjadi
kering. Bahan setek tersebut tidak boleh terkena sinar matahari dan air hujan.
d. Pada
bagian batang yang terpotong dicelupkan atau dioleskan zat perangsang akar,
lalu dikeringkan selama 1-2 jam.
e. Batang
setek kemudian ditanam pada media sedalam 3-4 cm. media yang digunakan
merupakan campuran arang sekam, sekam biasa dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1 : 1 : 1.
f. Setelah
ditanam siram dengan air secukupnya dan merata. Penyiraman jangan terlalu
banyak atau sampai becek untuk menghindari munculnya cendawan atau bakteri.
g. Kemudian
letakkan pot di tempat yang teduh dengan intensitas cahaya matahari rendah,
sekitar 60-70 %.
Sekitar satu minggu kemudian, akar mulai
bermunculan. Tanaman yang sudah terlihat kuat dan sehat bisa dipindahkan ke
tempat yang terkena sinar matahari secara penuh. Keberhasilan dalam pengakaran
ditentukan oleh umur tunas yang di setek. Umur tunas berkaitan dengan ketebalan
jaringan kayu (xilem) dam kambium yang nantinya membentuk kalus dan akar.
Adapun tahapan perbanyakan dengan cara
sambung adalah sebagai berikut :
a. Batang
bawah dipilih yang berdiameter lebih besar dibanding batang atas. Dengan
menggunakan pisau tajam dan steril, buat sayatan berbentuk huruf V sedalam 2 cm
pada batang bawah.
b. Lakukan
hal yang sama pada batang atas dengan bentuk V terbalik. Panjang batang atas
sekitar 3-6 cm.
c. Masukkan
batang atas kecelah batang bawah. Upayakan bentuk potongan sama sehingga dapat
melekat dengan erat.
d. Setelah
itu, ikat dengan selotip atau tali raffia agar tidak terkena air.
Untuk megurangi penguapan dam mempercepat
munculnya tunas, sisakan 2-4 helai daun pada batang atas. Helaian daun tersebut
dipotong separuhnya. Kemudian, bungkus batang atas dengan kantong plastik dan
letakkan di tempat yang teduh.
Dengan cara ini tanaman dapat disambung
dengan berjenis-jenis tanaman yang berbeda sehingga terlihat unik. Tanaman yang
disambung tersebut ditempatkan ditempat yang teduh dan disiram setiap harinya
untuk menjaga kelembapannya. Hasil akan terlihat setelah +2 minggu yang
ditandai dengan munculnya tunas daun pada cabang/batang atas, hal ini dapat
dikatakan penyambungan berhasil. Tetapi apabila tidak tumbuh tunas daun, cabang
batang atas membusuk dan mengering, berarti penyambungan gagal. Jika hasil
sambungan dipastikan berhasil maka tali pembalut dilepas.
5. Penanaman
Dalam membudidayakan tanaman hias, terdapat
banyak faktor yang mendukung keberhasilan. Selain memilih bahan tanam dan
perawatan yang intensif. Hal yang perlu diperhatikan adalah tehnik penanaman
bahan tanam yang harus dilakukan dengan benar agar tidak merusak tanaman atau
menurunkan kualitasnya. Sebelum melakukan penanaman perlu diketahui juga adanya
hama dan penyakit dalam media tanam tersebut. Media tanam sebaiknya disiapkan
1-2 hari sebelum penanaman. Media tersebut agar terhindar dari hama dan
penyakit perlu disemprot dahulu dengan fungisida.
Penanaman tanaman euphorbia di Kebun Benih
Hortikultura Tejomantri ditanam dalam pot. Pot yang digunakan disesuaikan
dengan ukuran tanaman. Penanaman dilakukan pada saat pemindahan bibit atau
tanaman muda hasil perbanyakan. Langkah
pertama dalam melakukan penanaman yaitu
menyiapkan semua bahan tanam, campuran media dan pot yang akan digunakan.
Kemudian memasukkan media tanam hingga setengah bagian pot. Bibit tanaman yang
telah disiapkan dimasukkan tepat di tengah-tengah pot lalu menimbunnya dengan
media tanam sampai mendekati mulut pot kemudian tanaman baru disiram dengan air
secukupnya. Penyiraman yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit busuk akar.
6. Pemeliharaan
Tanaman a. Penyiraman
Air merupakan komponen penting untuk
keberlangsungan hidup tanaman. Komponen ini berperan penting dalam fotosintesis
dan metabolisme lain, juga sebagai pelarut. Air juga berperan untuk menjaga
agar suhu tanaman tetap stabil dan bersifat mendinginkan bila terjadi
peningkatan temperatur saat siang hari.
Kebutuhan air pada Euphorbia tergantung pada
cuaca. Di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri, penyiraman dilakukan rutin 1-2
kali sehari bila cuaca panas. Sementara bila cuaca hujan, biasa dilakukan 2-3
hari sekali atau diperiksa media tanamnya, bila masih basah (lembab) tidak
perlu disiram. Pemberian air secara berlebihan mengakibatkan akar tanaman
membusuk. Hal ini terjadi karena media tumbuh menyimpan air dalam waktu lama
sehingga menyebabkan berkembangbiaknya mikroorganisme, seperti cendawan dan
bakteri. Sebaliknya, jika jumlah air telalu sedikit tanaman akan mengalami
dehidrasi (kekurangan cairan). Keadaan ini ditandai dengan batang yang tampak
megerut dan tumbuh merana.
Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari
sekitar pukul 06.00-07.00 dan sore hari sekitar pukul 16.00-17.00. Penyiraman
sebaiknya tidak dilakukan pada siang hari. Hal ini dikarenakan air akan menguap
sebelum diserap tanaman. Penyiraman dianggap cukup bila air sudah keluar dari
lubang bawah pot. Pengguanaan gembor lebih baik karena air yang keluar lebih
halus dan tidak merusak tanaman. Sebaliknya, seluruh tanaman ikut disiram agar
debu atau kotoran yang menempel hilang terbawa air. Pada awal pembungaan,
penyiraman cukup dilakukan ke tajuk tanaman tanpa perlu menunggu air keluar
dari lubang media tanam. Hal itu disebabkan karena pada masa itu euphorbia
membutuhkan lingkungan kering.
b. Pemupukan
Pemberian pupuk harus rutin dan tepat
dosisnya. Pemberian pupuk yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
terganggu. Sebaliknya, jika terlalu sedikit dapat berdampak pada kondisi
tanaman merana bahkan mati. Selama dua minggu setelah penanaman, tanaman hanya
disiram dan tidak diberi pupuk. Hal ini dikarenakan pertumbuhan akar tanaman
belum normal sehingga belum bisa menyerap nutrisi dengan baik. Pupuk yang
digunakan selain pupuk organik yang sudah dicampurkan pada media tanam, pupuk
yang digunakan adalah pupuk NPK. Pupuk NPK termasuk pupuk majemuk yaitu pupuk
yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman.
Pemberian unsur N (Nitrogen) akan memacu
pertumbuhan daun dan batang serta membantu terbentuknya akar, unsur P (Fosfor)
merupakan unsur utama yang mendorong terbentuknya akar serta membantu
pembentukan bunga dan buah, dan unsur K (Kalium) merupakan unsur utama dalam
pembentukan tulang tanaman (penguat tanaman) serta membantu pembentukan bunga
dan buah.
Pupuk NPK diberikan pada tanaman setelah 3
minggu penanaman. Tanaman diberi pupuk NPK yang di dalamnya mengandung unsur
hara dengan perbandingan 20:20:20, artinya di dalam pupuk tersebut mengandung
unsur N, P, dan K dalam jumlah yang sama. Pemupukan dengan NPK dilakukan 1
bulan sekali. Pemberian pupuk NPK dapat dilakukan dengan ditaburkan di atas
media dan bisa disemprotkan. Apabila disemprotkan, maka pupuk tersenut harus
dilarutkan telebih dahulu.
c. Menyiangi Gulma
Penyiangan terhadap tanaman pengganggu atau
gulma dilakukan secara manual. Cara manual adalah dengan cara mencabut gulma
secara langsung dengan tangan. Tujuan dari menghilangkan gulma tersebut agar
tidak mengganggu tanaman yang sedang tumbuh berkembang. Penyiangan dilakukan
tergantung ada tidaknya gulma yang tumbuh pada tanaman euphorbia.
d. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian secara preventif adalah tindakan
mencegah tumbuhnya hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Tindakan yang
dilakukan adalah tindakan memisahkan tanaman yang sakit dari tanaman yang
sehat, hal ini dimaksudkan agar tanaman yang sakit diobati sesuai dengan jenis
penyakitnya. Sedangkan untuk cara kuratif yaitu mengobati tanaman yang telah
terserang hama dan penyakit.
Munculnya hama dan penyakit bisa disebabkan
karena kurangnya menjaga kebersihan, maka dari itu tindakan pencegahan yang
paling baik adalah menjaga kebersihan di sekitar lingkungan penanaman. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kehadiran hama dan penyakit salah
satunya, gunakan pot berlubang agar air mengalir dengan baik. Hal tersebut
bertujuan agar tidak ada genangan air sehingga dapat mencegah munculnya
penyakit busuk akar. Kelembapan udara harus selalu dijaga, oleh karena itu pada
siang hari semprotkan air dengan sprayer di sekitar tanaman.
Hama yang sering menyerang tanaman euphorbia
adalah kutu putih, thrips, ulat, dan semut. Hama kutu putih umumnya menempel
pada daun atau tangkai bunga, pada musim kemarau. Akibat dari serangan hama
kutu putih mengakibatkan daun berkeriput. Trips adalah serangga berukuran 1-2
mm yang menempel pada daun-daun muda dan putik bunga. Serangan ini menyebabkan
pertumbuhan euphorbia terhambat, daun pucuk berkeriput, tidak mau membuka dan
berwarna karat. Selain itu bunga akan tumbuh tidak sempurna dan rontok.
Hama ulat menyerang semua bagian tanaman,
mulai dari daun, kuncup bunga, bunga maupun tunas. Gejalanya adalah adanya
bekas gigitan di bagian tepi dan terdapat kotoran. Untuk hama semut biasanya
bersembunyi di pangkal batang tanaman, di dalam media tanam, atau di bawah pot.
Semut menyerang dan merusak daerah perakaran dan tunas-tunas muda sehingga
mengganggu pertumbuhan tanaman.
e. Repotting / Penggantian Pot
Euphorbia yang ditanam dalam pot dengan media
tanam lama-lama akan kehabisan unsur haranya. Apabila hal ini dibiarkan, maka
pertumbuhan tanaman akan terganggu. Untuk itu diperlukan adanya repotting
dengan disertai pergantian atau penambahan media tanam. Jika tanaman sudah
mulai besar dan tidak sesuai dengan ukuran potnya, tanaman sebaiknya
dipindahkan ke pot yang lebih besar. Tujuannya agar pertumbuhan akar tidak
terganggu, mendapatkan air dan zat hara lebih banyak. Pemindahan tanaman ini
dikenal dengan istilah repotting.
Repotting atau penggantian pot dilakukan di
Kebun Benih Hortikultura Tejomantri setelah euphorbia dirasa sudah tidak sesuai
lagi dengan ukuran pot. Pada repotting juga dilakukan pemupukan dengan NPK.
Pemupukan ini dilakukan 3 bulan sekali, hal ini dilakukan agar tanaman tetap
terjaga pertumbuhannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perbanyakan
euphorbia yang umumnya dilakukan adalah perbanyakan vegetatif dengan cara stek.
2. Dalam
perbanyakan vegetatif dengan cara setek getah yang keluar dicuci dengan air
bersih dan dikeringkan, hal ini bertujuan agar terhindar dari serangan
penyakit.
3. Tanaman
suru baik digunakan untuk batang bawah dalam perbanyakan vegetatif dengan cara
sambung.
4. Tanaman
euphorbia di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di tanam dalam pot plastik /
polybag dengan media tanam campuran pasir malang, arang sekam dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
5. Untuk
pengembangan analisis budidaya di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri dapat
dikatakan layak untuk dikembangkan karena nilai R/C Rationya lebih dari 1,0.
Ratio dari analisis budidaya euphorbia adalah 1,15.
6. Dalam
berbudidaya perawatan yang teratur merupakan faktor pendukung keberhasilan.
10. Penggantian
pot dilakukan jika tanaman sudah tidak sesuai dengan ukuran potnya.
B. SARAN
1. Dalam
membudidayakan tanaman euphorbia mencoba dengan menggunakan cara perbanyakan generatif
dengan harapan dapat memperoleh hasil yang berbeda.
2. Untuk
lebih mengoptimalkan hasil budidaya euphorbia perlu adanya peningkatan
pengawasan terhadap tanaman sehingga kualitas euphorbia tetap terjaga dengan
baik.
3. Memperluas
pasar sehingga permintaan akan tanaman euphorbia dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007a.
http://www.bbpp-lembang.info/index2.php?option=com_content. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2010.
_______, 2009b.
http://www.puspita-klaten.co.cc/2009/07/kegunaan-khasiat.html. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2010.
_______, 2008c.
http://simplyeko.com/category/euphorbia. Diakses pada tanggal 13 Maret 2010.
_______, 2009d.
http://www.jurnalmanajemenn.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2010.
Hapsari, B. dan Budiana, N.S. 2007. Euphorbia
Milii. Penebar Swadaya. Jakarta. Lawrence, G. H. M. 1959. Taxonomy of Vascular
Plant. New York : The Macmillan Co.
Purwanto, A. W. 2006. Euphorbia Tampil Prima
dan Semarak Berbunga. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, R. 1997. Teknik Perbanyakan Tanaman
Hias. Kanisius. Yogyakarta.
Stanton, WY. 2007. Pengertian Pemasaran
Menurut Para Ahli. http://chinmi.
wordpress.com2007/07/31/pengertian-pemasaran-menurut-para-ahli. Diakses pada
tanggal 19 Maret 2010.
Soedijono, B. dan Rudi H. 2007. Agar Euphorbia
Tampil Menawan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, John L. Dillon, J. Brian Hardakek
dan A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Perkembangan Petani
Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press).
Soemarso, S.R. 2005. Akuntansi Suatu
Pengantar, Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta.
No comments:
Post a Comment