Sunday 28 January 2018

MAKALAH SENI RUPA ZAMAN PRA SEJARAH, ZAMAN BATU, ZAMAN PERUNGGU

SENI RUPA ZAMAN PRA SEJARAH
Secara umum, menurut para ahli, seni rupa pada zaman pra sejarah Indonesia memiliki tiga corak, yaitu monumental, dongson dan chow akhir.
Pada corak monumental, terutama yang berkembang di zaman neolitikum, karya seni rupanya memiliki ciri:
o    Bentuk tiga dimensional yang menggambarkan atau mewujudkan tokoh nenek moyang secara frontal.
o    Banyak memunculkan motif simbilik, seperti tanduk kerbau, pohon hayat dan kedok.
o    Memiliki irama garis yang bersudut – sudut, sederhana serta kaku.
Pada corak Dongson, ciri khas yang dapat dijumpai adalah:
o    Adanya pengaruh motif dari daerah Tonkin di China
o    Dekoratif
o    Kurang simbolik
o    Memiliki motif hias seperti tumpal dan spiral
Pada corak Chow akhir terdapat ciri:
o    Tidak simetris
o    Pola garis berirama seperti garis melengkung yang memenuhi permukaan
o    Hanya ditemukan di daerah Kalimantan
Jenis Peninggalan Seni Rupa pada Zaman Pra Sejarah
Ada banyak sekali peninggalan seni rupa pada zaman pra sejarah Indonesia, berikut adalah beberapa contoh yang banyak ditemukan:
o    Seni lukis
Di Indonesia banyak ditemukan karya seni lukis yang dipercaya berasal dari zaman pra sejarah. Umumnya, lukisan tersebut ditemukan di dinding – dinding gua yang dahulu dipergunakan sebagai tempat tinggal. Gambar – gambar yang ditemukan tersebut memiliki makna – makna khusus, seperti tolak bala, ungkapan rasa duka cita, mengundang daya magis dan lain sebagainya. Pewarna yang digunakan berasal dari getah pohon atau daun – daunan.
o    Seni hias
Pada zaman pra sejarah, seni yang dimaksudkan sebagai penambah keindahan ini banyak ditemukan di berbagai perabot rumah tangga maupun peralatan upacara. Motif yang dilukis atau dipahat dipercaya memiliki makna simbolis tertentu bahkan memiliki kekuatan magis. Pola yang paling banyak dipakai adalah geometris, meskipun pola lain seperti tumpal, pilin berganda, meader dan swastika juga seringkali ditemukan.
o    Seni kriya
Seni ini bisa hadir dalam bentuk gerabah, peralatan perunggu dan seni bangunan megalitikum berupa menhir, dolmen, sarkofagus, punden berundak serta seni patung.
Keberadaan karya seni rupa pada zaman pra sejarah di Indonesia menunjukkan bagaimana nenek moyang kita telah memiliki cita rasa seni yang teramat tinggi.


KARYA SENI RUPA PADA ZAMAN BATU

1.) Karya Seni Bangunan
 
         Dolmen

Bangunan yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah (Mesolitikum) berupa gua-gua yang terdapat di daerah pantai seperti di pantai-pantai Sulawesi Selatan. Peninggalan yang berupa bukit kerang diketemukan di daerah Sumatera selatan, berdasarkan bukti-bukti berupa sisa-sisa sampah maka dapat dipastikan pada zaman batu menengah sudah didirikan rumah panggung. Pada zaman Neolitikum kebudayaan masyarakatnya mulai berkembang dengan dibuatnya rumah dari kayu dan bambu yang sampai sekarang masih tersisa di beberapa daerah di wilayah Indonesia. Selain bangunan dari bahan kayu dan bambu, pada zaman batu besar dikenal pula bangunan yang terbuat dari batu untuk keperluan keagamaan dan kepercayaan, seperti :
·                     Dolmen (bangunan makam)
·                     Punden (bangunan berundak)
·                     Menhir (bangunan tugu)
·                     Dalam bentuk perabot seperti : meja batu, kursi batu, tahta batu, dsb.
  
   2.) Karya Seni Lukis


Karya seni lukis yang paling tua diketemukan pada zaman batu menengah, yaitu berupa lukisan pada dinding gua seperti: lukisan binatang buruan yang terdapat di dinding gua Leang-Leang di Sulawesi Selatan. Lukisan ini dikerjakan dengan cara menoreh dinding gua dengan penggambaran binatang yang realistic dibubuhi dengan warna merah, putih, hitam dan coklat yang dibuat dari bahan pewarna alam.Sedangkan lukisan lambang nenek moyang yang berbentuk setengah binatang dan setengah manusia dan juga lukisan lukisan cap-cap tangan terdapat di dinding gua di Irian Jaya, lukisan ini dikerjakan dengan teknik semprotan warna (aerograph). Lukisan-lukisan pada zaman batu menengah tidak dibuat sebagai hiasan semata melainkan mengandung tujuan tertentu dan dianggap memiliki kekuatan magis. Lukisan yang berupa pahatan serta hiasan yang terdapat pada bagian-bagian bangunan adat dan pada benda-benda kerajinan mulai dibuat pada zaman Neolitikum dan megalitikum. Lukisan pada zaman Neolitikum bersifat ornamentik yang statis dengan motif-motif perlambangan dan geometris, sedangkan pada zaman megalitikum bersifat ornamentik yang lebih dinamis.







  
    3.) Karya Seni Patung

       



  Gowawambea, peninggalan budaya Megalitikum
Karya seni patung Indonesia pada zaman pra-sejarah mulai dikenal pada zaman Neolitikum berupa patung-patung nenek moyang dan patung penolak bala. Gaya patungnya disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan, yaitu batu, kayu serta bahan lainnya, selain itu patungnya juga banyak dipengaruhi seni ornamentik. Hasil-hasil peninggalan di Jawa Barat menunjukan bahwa patung-patung memiliki ukuran besar dengan gaya statis, frontal dan bersifat monumentalis. Sedangkan yang ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan) gayanya lebih dinamis dan fiktural. Di daerah lain seperti di daerah Nias, Toraja dan Dayak pada zaman Megalitikum sampai saat ini masih ditemukan peninggalan karya patung. Contoh seni patung hasil peninggalan zaman batu, seperti Arca Batu Gajah yaitu batu besar yang dihiasi seseorang yang sedang menunggang binatang buruan, contoh lain yaitu Arca batu yang menampakan seseorang laki-laki menegendarai seekor lembu.

SENI RUPA ZAMAN PERUNGGU
Hasil Kebudayaan Zaman Perunggu| Pada zaman perunggu terdapat berbagai temuan yang merupakan peninggalan-peninggalan hasil kebudayaan zaman perunggu, baik peninggalan berupa alat-alat dalam kehidupan ekonomi maupun peninggalan yang sifatnya berbentuk budaya atau seni. Hasil kebudayaan zaman perunggu merupakan hasil kebudayaan dimana keseluruhan telah halus, indah dan telah menggunakan perunggu, campurana antara tembaga dan timah, sehingga dapat dikatakan bahwa zaman perunggu merupakan zaman yang paling didepan dari pada zaman lainnya.


Hasil Peninggalan Kebudayaan Zaman Perunggu
1. Nekara Perunggu 
Nekara bentuknya semacam genderang (seperti dandang tertelungkup), berpinggang pada bgian tengahnya, dan bagian atasnya tertutup. Bagi masyarakat praaksara, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk memangil arwah nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Benda ini memiliki nilai sni yang tinggi, terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hiasnya, yaitu pola gambar binatang, geometrik, burung, gajah, ikan laut, kijang, harimau, dan manusia. Ada juga nekara yang tidak diberi hiasan. Daerah penemuan nekara di Indonesia, antara lain, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti, Pulau Kei, dan Pulau Selayar. Nekara yang lebih kecil bentuknya disebut moko. Moko ditemukan di Pulau Alor. Fungsinya Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin. 
2. Bejana Perunggu
Bejana perunggu bentuknya seperti periuk, tetapi langsing dan gepeng. Bejana perunggu ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatra) dan Madura. Kedua bejana yang ditemukan itu mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geomteri dan pilin-pilin yang mirip huruf J. Sampai sekarang fungsi bejana perunggu tidak diketahui secara pasti, Hal itu karena penemuan bejana yang terbatas sehingga mempersulit penyelidikan tentang fungsi bejana dalam kehidan masyarakat praaksara. 
3. Arca Perunggu
Secara umum arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang keil dipergunakan sebagai liontin/bandul kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Palembang (Sumatra Selatan), Limbangan (Bogor), dan Bangkinang (Riau). 
4. Kapak Corong
Bentuk dari kapak corong bagian tajamnya tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu. Kapak corong dibuat dengan teknik a cire perdue. Fungsi dari kapak corong sebagai alat pertanian dan membelah kayu. kapak corong disebut juga dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki sehingga corong sering disebut dengan kapak sepatu. Daerah penyebaran kapak corong di Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Pulau Selayar, serta Irian dekat Danau Sentani. 
5. Perhiasan Perunggu
Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemuka sangat beragam bentuknya, yaitu kalung, gelang tangan, gelang kaki, bandul kalung, cincin, dan sebagian perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar (mata uang). Daerah penemuan perhiasan perunggu di Indonesia adalah Bogor, Malang, dan Bali. 
6. Manik-Nanik
Penemuan manik-manik yang berasal dari zaman perunggu sebagian besar sebagai bekal kubur sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu. Manik-manik dipakai sebagai perhiasan, alat tukar, dan alat upacara. Bahan dasar manik-manik ada yang terbuat dari batu setengah permata (akik, kalsedon), kaca, kulit kerang, atau tanah liat yang dibakar. 



No comments:

Post a Comment

NASKAH DRAMA BAHASA JAWA ANDE ANDE LUMUT

Naskah Drama Ande-Ande Lumut 1.  Tema   : Golek Garwa 2.  Cerita apa  : Ande-ande Lumut 3 .  Ceritane kaya piye   : Panji Asmar...