Ada Cinta di SMA berhasil menarik perhatian di kemunculan teaser trailer-nya. Despite
the generation gap, film tentang anak SMA ini berbeda dengan film-film anak
SMA pada umumnya. Dari teaser trailer-nya, film ini terasa segar,
terasa muda dan sangat dinamis, seperti layaknya anak SMA.
Ada Cinta di SMA berfokus pada kisah Iqbal (Iqbaal Dhiafakhri),
kehidupannya di sekolah, di rumah, persahabatan, cita-cita, dan tentunya
percikan-percikan asmara khas SMA. Iqbal yang merupakan anak bungsu dari
sembilan bersaudara, merasa lelah selalu diremehkan oleh keluarga, maupun musuh
bebuyutannya sejak kecil, Ayla (Caitlin Halderman). Memiliki cap anak bandel,
Iqbal berusaha membuktikan bahwa semua orang salah karena menganggapnya tidak
bisa jadi apa-apa. Karena itu, ia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai
Ketua OSIS menggantikan Kiki (Teuku Ryzki). Niatnya itu tentu saja kembali
menerima cibiran dari keluarga, Ayla yang juga merupakan lawannya, dan secara
mengejutkan, sahabatnya, Aldi (Alvaro Maldini).
Satu
bioskop berkali-kali bereaksi terhadap apa yang terjadi di layar. Ketika ada
adegan yang unyu-gemes-bikin baper, penonton berteriak seru kegirangan. They sounded like they were
enjoying the movie a lot. And what come to my surprise was, ternyata penontonnya bukan cuma ABG
lho. Ya, dengan reaksi yang didengar di dalam bioskop, ditambah faktor fans CJR
yang mayoritas adalah ABG, ga heran dong kalo menduga bahwa kebanyakkan
orang-orang yang nonton bareng adalah ABG juga? Tapi, pas film selesai dan
orang-orang mulai bangun dari tempat duduk, gue kebingungan. Lah.. Banyak
tante-tante juga ternyata.. Turns
out, the movie worked for the "older people" too.
Sebagai sebuah film remaja yang judulnya aja "Ada CINTA di SMA", dengan fakta bahwa film ini bukan hanya tentang cinta-cintaan saja, yang kemudian menjadikan "sekolah" hanya sebagai tempelan. Di film Ada Cinta di SMA, sekolah juga dijadikan core cerita, termasuk salah satu kegiatan khas yang SMA banget, yaitu OSIS. Didukung dengan pemain yang memang benar-benar masih SMA -- bukan pemain tua yang dimuda-mudakan seperti biasanya, film ini benar-benar terasa muda. Segar, lucu, dan menggemaskan. Atau kalo kata anak muda zaman sekarang: "bikin baper!"
Dari segi akting, chemistry Iqbal-Aldi-Kiki ngga perlu diragukan lagi. Akting mereka pun natural, karena toh ini bukan kali pertama mereka berakting. Yang cukup mengejutkan adalah Caitlin Halderman yang notabene adalah pendatang baru dan tidak punya pengalaman akting apapun. Bukan hanya cantik, Caitlin juga terlihat potensial, memiliki karakter yang kuat, dan bisa berakting dengan enak. Sementara dua cewek lainnya, Gege Elisa yang berperan sebagai Tara, teman baik Ayla, dan Bella (Agatha Chelsea), gebetan Kiki, juga berakting sesuai karakternya. Terasa natural dan sesuai umurnya.
Tapi, itu tidak akan serta-merta merasakan apa yang dideskripsikan di atas di menit pertama film dimulai. Paruh pertama filmnya terasa canggung, kayak orang baru awal-awal PDKT. Chemistry mereka belum terbangun 100%. Dan bagi penonton yang sudah terlebih dahulu membaca novelnya., secara tidak sadar jadi membandingkan antara novel dengan film, karena novelnya udah "megang" dari awal. Tapi untungnya hal itu tidak berlangsung lama, karena begitu film mencapai klimaks, film ini terasa gregetnya. penonton bisa merasakan tensi kompetisi antara Iqbal-Ayla, percik-percik asmara Kiki-Bella, dan tentunya perjuangan para sahabat, Aldi-Tara, dalam upaya mereka membela best friend-nya.
Ditambah dengan lagu-lagu super ear catchy yang diciptakan Patrick Effendy, film ini akan bikin lo pengen nonton filmnya lagi, just to sing along... Sebuah kado perpisahan yang manis untuk para Comate (fans CJR), sekaligus sebuah film yang menggemaskan untuk penonton awam.
Sebagai sebuah film remaja yang judulnya aja "Ada CINTA di SMA", dengan fakta bahwa film ini bukan hanya tentang cinta-cintaan saja, yang kemudian menjadikan "sekolah" hanya sebagai tempelan. Di film Ada Cinta di SMA, sekolah juga dijadikan core cerita, termasuk salah satu kegiatan khas yang SMA banget, yaitu OSIS. Didukung dengan pemain yang memang benar-benar masih SMA -- bukan pemain tua yang dimuda-mudakan seperti biasanya, film ini benar-benar terasa muda. Segar, lucu, dan menggemaskan. Atau kalo kata anak muda zaman sekarang: "bikin baper!"
Dari segi akting, chemistry Iqbal-Aldi-Kiki ngga perlu diragukan lagi. Akting mereka pun natural, karena toh ini bukan kali pertama mereka berakting. Yang cukup mengejutkan adalah Caitlin Halderman yang notabene adalah pendatang baru dan tidak punya pengalaman akting apapun. Bukan hanya cantik, Caitlin juga terlihat potensial, memiliki karakter yang kuat, dan bisa berakting dengan enak. Sementara dua cewek lainnya, Gege Elisa yang berperan sebagai Tara, teman baik Ayla, dan Bella (Agatha Chelsea), gebetan Kiki, juga berakting sesuai karakternya. Terasa natural dan sesuai umurnya.
Tapi, itu tidak akan serta-merta merasakan apa yang dideskripsikan di atas di menit pertama film dimulai. Paruh pertama filmnya terasa canggung, kayak orang baru awal-awal PDKT. Chemistry mereka belum terbangun 100%. Dan bagi penonton yang sudah terlebih dahulu membaca novelnya., secara tidak sadar jadi membandingkan antara novel dengan film, karena novelnya udah "megang" dari awal. Tapi untungnya hal itu tidak berlangsung lama, karena begitu film mencapai klimaks, film ini terasa gregetnya. penonton bisa merasakan tensi kompetisi antara Iqbal-Ayla, percik-percik asmara Kiki-Bella, dan tentunya perjuangan para sahabat, Aldi-Tara, dalam upaya mereka membela best friend-nya.
Ditambah dengan lagu-lagu super ear catchy yang diciptakan Patrick Effendy, film ini akan bikin lo pengen nonton filmnya lagi, just to sing along... Sebuah kado perpisahan yang manis untuk para Comate (fans CJR), sekaligus sebuah film yang menggemaskan untuk penonton awam.
No comments:
Post a Comment